Kisah Abu Bakkar Ash-Shiddiq

** By Ariez Cah Kediri **

Blog Islami akan mengungkap kisah Abu Bakkar Ash-Shiddiq yang memiliki nama asli Abdul Ka'bah (hamba ka'bah) putra dari Abi Quhafah atau 'Utsman bin Amir. Setelah masuk Islam maka namanya di ganti oleh Rasul Allah menjadi Abdullah yang artinya adalah (hamba Allah). Abu Bakkar Ash-Shiddiq atau Abdullah bin Abi Quhafah adalah salah satu dari jajaran ke empat Khulafaur Rasyidin, bahkan beliau adalah orang pertama yang menggantikan kepemimpinan Islam setelah wafatnya Rasul Allah Muhammad saw. Beliau lahir sekitar tahun 572 Masehi di kota Makkah Al-Mukarramah dan termasuk orang pertama yang memeluk agama Islam dari golongan orang laki-laki dewasa.
Nasab atau silsilah dari Abu Bakkar Ash-Shiddiq adalah, Abu Bakkar Ash-Shiddiq atau Abdullah bin 'Utsman bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai bin Ghalib bin Fihr Al-Quraisyi At-Tamimi. Dan ketemu dengan nasab Rasul Allah di kakeknya yang bernama Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Adapun ibu beliau adalah Ummul Khair, yaitu Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim. Ketemu antara nasab dari Ayahanda dan Ibunda Abu Bakkar Ash-Shiddiq pada kakek mereka yang bernama Taim. Artinya, keduanya adalah sama-sama dari qabilah Bani Taim. Gelar Abu Bakkar itu di peroleh karena beliau merupakan Ayahanda seorang perawan yang terjaga kesuciannya yaitu Aisyah, yang merupakan salah satu istri dari Nabi Muhammad saw. Adapun Gelar Ash-Shiddiq yang artinya adalah yang berkata benar, ini adalah gelar yang di berikan oleh Rasul Allah Muhammad saw, setelah beliau membenarkan tentang peristiwa Isra' dan Mi'raj yang di sampaikan oleh Rasul Allah kepada para pengikutnya, maka sejak itu melekatlah julukan Abu Bakkar Ash-Shiddiq yang cukup termasyhur itu.
Dalam sejarah, Abu Bakkar Ash-Shiddiq ini tercatat sebagai seorang pedagang, seorang hakim dengan kedudukan yang tinggi, juga seorang yang cukup terpelajar dan cukup mahir dalam menafshirkan mimpi. Awal Abu Bakkar As-Shiddiq berkenalan dengan Rasul Allah Muhammad saw yaitu ketika Rasul Allah menikah dengan Khadijah binti Khuwailid dan memutuskan untuk menetap dan tinggal serta menjadi tetangganya. Antara Abu Bakkar dengan Rasul Allah itu umurnya tidak beda jauh atau bisa di katakan seumuran dan sama-sama ahli dalam berdagang, semenjak itulah mereka berdua mulai saling mengenal satu sama lain dan mulai akrab.
Setelah Abu Bakkar Ash-Shiddiq memeluk Islam, orang-orang penting atau tokoh Islam yang berhasil di ajak masuk Islam oleh beliau adalah, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqas dan lain-lain. Yang menolak ajakan beliau untuk masuk Islam dari keluarga beliau sendiri adalah istrinya sendiri yang bernama Qutaylah binti Abdul Uzza yang akhirnya di ceraikan oleh beliau, dan satu lagi yang tidak mau masuk Islam adalah anaknya yang bernama Abdur Rahman. Akhirnya beliau dan anaknya berpisah sesuai dengan aqidah masing-masing. Adapun keluarga beliau yang lain semuanya berkenan masuk Islam. Setelah menceraikan Qutaylah binti Abdul Uzza, akhirnya Abu Bakkar menikah lagi dengan seorang muslimah bernama Ummu Ruman.
Seperti apa yang menimpa ummat muslim yang lain di kala itu, Abu Bakkar Ash-Shiddiq pun mengalami hal yang sama, yaitu penyiksaan yang di lakukan oleh kaum Quraisy musyrikin yang masih menganut agama dari nenek moyang mereka, Penyiksaan yang paling parah adalah penyiksaan yang di alami oleh para budak. Tuan dari budak yang yang masih kafir itu menyiksa sesukanya kepada para budak mereka sendiri tanpa mengenal peri kemanusiaan. Untuk kaum muslimin yang tidak berstatus budak tidak mengalami penyiksaan yang begitu parah seperti para budak-budak tersebut, karena rata-rata mereka akan di bela oleh keluarga-keluarga mereka yang memiliki pengaruh di kota Makkah. Melihat keadaan yang seperti itu, Abu Bakkar ash-Shiddiq seringkali membeli para budak-budak tersebut kemudian memerdekakannya.
Pada tahun 622 Masehi, Abu Bakkar Ash-Shiddiq adalah satu-satunya orang yang menemani Rasul Allah Muhammad saw ketika melaksanakan hijrah dari Makkah ke Madinah. Dan beliau ini masih ada hubungan kekeluargaan dengan Rasul Allah melalui putri beliau yaitu Aisyah yang di nikah oleh Rasul Allah Muhammad saw tidak lama setelah mereka melaksanakan hijrah. Pada saat menjelang ajal dan Rasul Allah mulai sakit-sakitan, maka Abu Bakkar-lah yang sering menemani Rasul Allah dan di tunjuk oleh Rasul Allah sebagai Imam pertama yang menggantikan Rasul Allah sebagai Imam para sahabat dalam melaksanakan ibadah shalat. Dari peristiwa ini, banyak kaum muslimin yang beranggapan kalau Abu Bakkar ini akan menggantikan posisi Rasul Allah dalam hal kepemimpinan umat Islam kelak ketika Rasul Allah telah tiada. Dan akhirnya pada tahun 632 Masehi, tepatnya yaitu setelah wafatnya Rasul Allah, maka sesuai kesepakatan para pemuka kaum Muhajirin (kaum muslimin yang hijrah mengikuti Rasul Allah dari Makkah ke Madinah) dan para pemuka kaum Anshar (orang Madinah yang menerima dengan baik perpindahan kaum muslimin dari Makkah ke Madinah) di pilihlah Abu Bakkar Ash-Shiddiq sebagai khalifah atau pemimpin Islam pertama yang menggantikan posisi Rasul Allah dalam memimpin umat Islam.
Setelah wafatnya Rasul Allah dan kepemimpinan umat Islam di pegang oleh Abu Bakkar Ash-Shiddiq, mulailah terjadi konflik-konflik baru. Perpecahan yang mengancam persatuan dan kesatuan umat muslimin mulai terjadi. Yang paling menyolok adalah perpecahan yang di lakukan oleh suku Arab dari Hijaz dan Nejed, mereka menolak dan tidak mau membayar zakat lagi setelah wafatnya Rasul Allah. Mereka mengingkari perjanjian yang telah mereka buat sendiri semasa Rasul Allah masih hidup. Mereka menganggap setelah Rasul Allah wafat, maka perjanjian-perjanjian tersebut sudah tidak berlaku lagi. Maka dengan ini Abu Bakkar Ash-Shiddiq memutuskan untuk perang dengan mereka, dan perang ini di namakan perang Riddah.
Dalam peperangan Riddah ini yang merupakan peperangan terbesar adalah peperangan kaum muslimin dalam memerangi Ibnu Habib Al-Hanafi yang lebih terkenal dengan sebutan Musailamah Al-Kadzabah (Musailamah si pendusta). Di mana Musailamah ini telah menyatakan dirinya sebagai Nabi atau Rasul menggantikan kedudukan Rasul Allah Muhammad saw setelah beliau Rasul wafat. Dalam pertempuran Akraba akhirnya pasukan Musailamah Al-Kadzabah di kalahkan oleh pasukan muslimin yang di pimpin oleh Khalid bin Walid. Sedangkan Musailamah sendiri mati di tangan sahabat Al-Wahsyi yang merupakan budak yang telah di bebaskan oleh Hindun istri dari Abu Shofyan dan merupakan pembunuh paman Rasul Allah, yaitu Hamzah yang bergelar Singa Allah pada saat dia belum memeluk agama Islam di saat perang Uhud terjadi. pada akhirnya Al-Wahsyi bertaubat dan mengakui akan kesalahan-kesalahannya selama ini, terutama kasus terbunuhnya Hamzah dalam perang Uhud olehnya. Maka dari itu setelah Musailamah berhasil dia bunuh, lalu dia berkata, "Dulu ketika aku masih dalam kondisi sesat, aku telah membunuh orang yang sangat di cintai oleh Rasul Allah, yaitu Hamzah. Maka sekarang aku telah berhasil membunuh orang yang paling di benci oleh Rasul Allah, yaitu Musailamah Al-Kadzabah yang mengaku-ngaku seorang Nabi."
Dari pertempuran yang sangat sulit melawan Musailamah Al-Kadzabah dalam perang Riddah, banyak sekali para sahabat penghafal Al-Qur'an yang meninggal dunia di medan laga. Maka Umar bin Khaththab meminta kepada Abu Bakkar Ash-Shiddiq untuk mengumpulkan lagi teks-teks Al-Qur'an yang masih tertulis dengan media tulang dan kulit. Akhirnya Abu Bakkar membuat tim pengumpul teks Al-Qur'an yang di pimpin oleh Zaid bin Tsabit untuk menulis teks al-Qur'an. Setelah selesai dalam penulisan tersebut, maka Al-Qur'an di simpan oleh Abu Bakkar Ash-Shiddiq dengan baik. Sebelum beliau meninggal, Al-Qur'an telah di berikan kepada Umar Bin Khaththab, kemudian di simpan oleh Hafshah yang merupakan putri dari Umar yang menjadi istri Rasul Allah Muhammad saw, yang kemudian di berikan kepada Utsman Bin Affan dan di sempurnakan lagi dalam penyusunannya sehingga menjadi Al-Qur'an yang kita kenal seperti sekarang ini. Hal ini merupakan andil besar dari Abu Bakkar Ash-Shiddiq dalam menjaga kelestarian Al-Qur'an sebagai warisan Rasul Allah.
Akhirnya dengan ketangguhan Abu Bakkar As-Shiddiq semua konflik internal yang terjadi di tengah-tengan kaum muslimin bisa di selesaikan semuanya secara kondusif. Dan Abu Bakkar mulai mengembangkan sayap Islam ke belahan utara dari belahan Arab, yaitu perang melawan kaisar Bizantium dan Sassanid. Dengan kepimimpinan panglima perang Khalid bin Walid, maka Irak bisa di taklukkan, begitu pula Suriah, semuanya gilang-gemilang dengan perkembangan Islam yang cukup pesat di bawah kepemimpinan Abu Bakkar Ash-Shiddiq. Beliau Abu Bakkar Ash-Shiddiq wafat di Madinah karena sakit di usianya yang ke 61 tahun pada tanggal 23 Agustus 634 Masehi dan di makamkam di rumah putrinya, yaitu Aisyah yang mana rumahnya tersebut berdekatan dengan masjid Nabawi di samping makam Rasul Allah Muhammad saw.
Demikianlah sekelumit tentang perjalanan atau kisah Abu Bakkar Ash-Shiddiq yang merupakan Khulafaur Rasyidin yang pertama. Semoga dengan membaca kisah ini menjadikan kita mengenal lebih dekat sosok yang cukup fenomenal dalam sejarah Islam ini. Semoga bermanfaat dan menjadikan berkah untuk kita semua, aamiin..

** By Ariez Cah Kediri ** By Ariez Cah Kediri
Semoga bermanfaat ..
  ** By Ariez Cah Kediri ** ** By Ariez Cah Kediri **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar